Kamis, 27 November 2014

Menteri Kabinet & Yang Terjadi 2 Minggu Kebelakangan ini.

Menteri Keuangan
Kabinet Presidensial
2 September 1945 s.d. 26 September 1945
Lahir di Solo pada tanggal 13 Maret 1894. Menempuh pendidikan ekonomi dan hukum negara di Sekolah Tinggi Dagang (Handels-hogeschool) di Rotterdam. Gelar akademik terakhir yang didapat tahun 1925 adalah gelar Doktor dengan disertasi De Ontwikkeling v.d handels politik van Japan[1]. Selama di Rotterdam, ia dikenal sebagai pemukul gong dalam perkumpulan gamelan pribumi.
Perjalanan karir di Kementerian Keuangan dirintis sejak Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang kedua (19 Agustus 1945). Pada saat itu, dibentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara. PPKI menunjuk Samsi Sastrawidagda, Kepala Kantor Tata Usaha dan Pajak di Surabaya pada masa pendudukan Jepang, sebagai Menteri Keuangan[2] pada kabinet RI pertama (Kabinet Bucho/presidensial).
Sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Republik Indonesia  (RI) pertama Dr. Samsi mempunyai peranan besar dalam usaha mencari dana guna membiayai perjuangan dan jalannya pemerintahan RI. Ia memperoleh informasi  dari Laksamana Shibata bahwa di gedung Bank Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang disita Jepang. Karena hubungannya yang dekat dengan para pemimpin pemerintahan Jepang di Surabaya ia berhasil membujuk mereka. Uang tersebut diambil melalui operasi penggedoran bank[3].
Sebagai Menteri Keuangan, Samsi tidak pernah memimpin Kementerian Keuangan secara langsung. Bahkan belum sempat menyusun perencanaan. Kondisi fisiknya yang sering sakit-sakitan menjadikan ia lebih memilih tinggal di Surabaya. Pada tanggal 26 September 1945 beliau mengundurkan diri menjadi Menteri Keuangan[4] kemudian A.A Maramis yang sebelumnya Menteri Negara dilantik menjadi Menteri Keuangan.

[1] Anderson, Benedict.RO. 1988. Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Pustaka Sinar Harapan:Jakarta
[2] Rupiah di tengah rentang sejarah : 45 tahun uang Republik Indonesia, 1946-1991. 1991. Departemen Keuangan
[3] Moehkardi. 1993. R. Mohamad dalam Revolusi 1945 Surabaya. Sebuah biografi. Lima Sekawan:Klaten
[4] Poeze, Harry A. 2009. Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia.Pustaka Obor Indonesia.


Yang Terjadi 2 Minggu Kebelakangan Ini Yaitu :

JAKARTA - Nomor telefon (handphone/HP) yang dicantumkan di sebuah media massa ternyata bukan yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada Rabu 29 Oktober 2014.
Nomor telefon yang beredar tersebut ternyata milik seorang warga Gorontalo bernama Herman Abidun (30).
Berdasarkan penelusuran Okezone, nomor yang diberikan Presiden Jokowi saat itu adalah 08122600960. Nomor tersebut sengaja diberikan Presiden Jokowi agar bisa mendapat keluhan langsung dari masyarakat.
Sementara, nomor yang dimuat sebuah media massa adalah 081296007000. Nomor tersebut milik Herman.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Jokowi sengaja memublikasikan nomor telefon pribadinya untuk memudahkan berhubungan dengan masyarakat yang ingin melaporkan suatu permasalahan.
"Beliau menyampaikan nomor itu kalau ada persoalan yang ingin dilaporkan," kata Khofifah kepada Okezone, Sabtu (1/11/2014) sore.
Khofifah ikut mendampingi Jokowi dalam kunjungan tersebut. Menurut dia, penyebaran nomor telefon merupakan bentuk bahwa negara hadir untuk rakyat.
"Presiden hadir untuk masyarakat di mana pun. Kalau mereka (pengungsi) akan menyampaikan apa yang terjadi di pengungian diberi kesempatan melaporkan ke Presiden," papar Khofifah.
Sebelumnya diberitakan, Herman mengatakan menerima ratusan telefon dan pesan singkat (SMS). Penelefon serta pengirim pesan singkat mengira Herman adalah Presiden Jokowi sebagaimana nomor telefon yang tertera di media massa tersebut.
(trk).


0 komentar:

Posting Komentar